Kamis, 14 Oktober 2010

Papua Merdeka Agar Selamat dari ‘Slow Motion Genacide’

Sorong Fajar Papua
            Dewan adat Papua daerah Sorong Rabu (13/10) kemarin di aula Maranata Remu Sorong melakukan sosialisasi sekaligus konferensi pers terkait dengan hasil “Dengar Pendapat (Public Hearing)” tentang masalah Papua yang dilaksanakan Kongres Amerika bersama pempinan orang Papua pada Selasa, 22 September 2010 di Washington DC.
Pemimpin orang Papua yang mengikuti hearing dengan kongres AS diantaranya ketua DAP Forkorus Yaboisembut, ketua Fordem Salmon Yumame, moderator PDP Herman Awom, ketua Tapol Eliaser Awom, Presiden LUPNA Edison Waromi dan WPNCL Albert Kailele.
Di Washington menurut press realess yang disampaikan Yoab, bahwa atas nama demokrasi ketua komisi luar negeri Rep. Emi. F.H Faleomavaega juga mengundang Nick Messet dan Frans Albert Yoku sebagai kelompok minoritas di Papua yang mempertahankan Papua sebagai integritas dari NKRI. Acara sosialisasi ini dihadiri kurang lebih ratusan masyarakat dari berbagai suku di Tanah Papua yang tersebar di Kota Sorong.
Melalui press realess, sekretaris konsensus Papua Yoab S. pada acara konferensi pers intinya mengatakan, keputusan rakyat Papua yang melihat referendum sebagai satu-satunya jalan dalam menyelematkan diri dari proses kepunahan bangsa Papua dari Tanahnya. Jadi baik di Jakarta maupun di Papua, kemerdekaan bagi Papua adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri dari slow motion genocide. 
Dari perjalanan hearing ini hasil yang bangsa Papua capai adalah bahwa pada akhirnya suara bangsa Papua tercatat resmi Washington pahami bahwa otonomi khusus gagal dan kegagalan itu bukan karena kemalasan orang Papua sebagaimana dikatakan Nick Messet yang tegah menghina bangsanya sendiri demi uang dan jabatan. Namun kegagalan itu terjadi karena pemerintah memang tidak punya niat yang baik sehingga menggagalkan sendiri program yang mereka paksakan kepada rakyat Papua.
Dalam press realess juga menuliskan, Indonesia boleh membantah melalui pernyataan politisnya tetapi tidak akan mampu bantah akan crime against humanity yang dilakukan Indonesia terhadap bangsa Papua. Demi kepentingan hubungan bilateral, Amerika menolak mengakui akan adanya genoside tetapi negara adidaya ini tidak akan menutupi bahwa penduduk Papua dalam waktu sangat singkat akan menjadi minoritas di Tanahnya sendiri.
Hadir dalam acara tersebut ketua dewan adat Papua daerah Sorong Apolos Sewa, SH, sekretaris konsesnsus Papua Yoab S bersama kurang lebih seratus masyarakat Papua dari berbagai suku. (deq)

Rabu, 13 Oktober 2010

Papua Merdeka Agar Selamat dari ‘Slow Motion Genacide’

Sorong Fajar Papua
            Dewan adat Papua daerah Sorong Rabu (13/10) kemarin di aula Maranata Remu Sorong melakukan sosialisasi sekaligus konferensi pers terkait dengan hasil “Dengar Pendapat (Public Hearing)” tentang masalah Papua yang dilaksanakan Kongres Amerika bersama pempinan orang Papua pada Selasa, 22 September 2010 di Washington DC.
Pemimpin orang Papua yang mengikuti hearing dengan kongres AS diantaranya ketua DAP Forkorus Yaboisembut, ketua Fordem Salmon Yumame, moderator PDP Herman Awom, ketua Tapol Eliaser Awom, Presiden LUPNA Edison Waromi dan WPNCL Albert Kailele.
Di Washington menurut press realess yang disampaikan Yoab, bahwa atas nama demokrasi ketua komisi luar negeri Rep. Emi. F.H Faleomavaega juga mengundang Nick Messet dan Frans Albert Yoku sebagai kelompok minoritas di Papua yang mempertahankan Papua sebagai integritas dari NKRI. Acara sosialisasi ini dihadiri kurang lebih ratusan masyarakat dari berbagai suku di Tanah Papua yang tersebar di Kota Sorong.
Melalui press realess, sekretaris konsensus Papua Yoab S. pada acara konferensi pers intinya mengatakan, keputusan rakyat Papua yang melihat referendum sebagai satu-satunya jalan dalam menyelematkan diri dari proses kepunahan bangsa Papua dari Tanahnya. Jadi baik di Jakarta maupun di Papua, kemerdekaan bagi Papua adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri dari slow motion genocide. 
Dari perjalanan hearing ini hasil yang bangsa Papua capai adalah bahwa pada akhirnya suara bangsa Papua tercatat resmi Washington pahami bahwa otonomi khusus gagal dan kegagalan itu bukan karena kemalasan orang Papua sebagaimana dikatakan Nick Messet yang tegah menghina bangsanya sendiri demi uang dan jabatan. Namun kegagalan itu terjadi karena pemerintah memang tidak punya niat yang baik sehingga menggagalkan sendiri program yang mereka paksakan kepada rakyat Papua.
Dalam press realess juga menuliskan, Indonesia boleh membantah melalui pernyataan politisnya tetapi tidak akan mampu bantah akan crime against humanity yang dilakukan Indonesia terhadap bangsa Papua. Demi kepentingan hubungan bilateral, Amerika menolak mengakui akan adanya genoside tetapi negara adidaya ini tidak akan menutupi bahwa penduduk Papua dalam waktu sangat singkat akan menjadi minoritas di Tanahnya sendiri.
Hadir dalam acara tersebut ketua dewan adat Papua daerah Sorong Apolos Sewa, SH, sekretaris konsesnsus Papua Yoab S bersama kurang lebih seratus masyarakat Papua dari berbagai suku. (deq)